Rasa marah menjadi suatu perasaan yang dominan secara perilaku, kognitif, maupun fisiologi sewaktu seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan untuk menghentikan secara langsung ancaman dari pihak luar
Marah kerap diidentikkan dengan aktifitas yang tercela atau buruk. Orang yang marah seolah jauh dari ajaran Islam. Padahal tahukah bahwa Nabi Muhammad saw pun pernah marah. Jika marah diartikan buruk maka apakah perbuatan Rasulullah pun dianggap buruk yaitu ketika beliau marah ?
Ilustrasi marah |
Perlu kita sadari bahwa marah sesungguhnya tidak selalu buruk dan tercela. Ada marah yang terpuji. Dalam kondisi tertentu, Baginda Rasulullah saw. pun bisa marah, tentu semata-mata karena Allah SWT. Dalam sebuah riwayat dinyatakan,
“Sesungguhnya Nabi saw. tidak pernah marah terhadap sesuatu. Namun, jika larangan-larangan Allah dilanggar, ketika itu tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi rasa marahnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain juga dinyatakan:
“Tidaklah Rasulullah saw. membalas karena dirinya kecuali kehormatan Allah SWT dilanggar sehingga beliau pun marah.” (HR al-Bukhari)
Jabir ra. pernah menuturkan,
“Rasulullah saw., bila marah, dua matanya berwarna merah, suaranya meninggi dan kemarahannya mengeras hingga seperti seorang komandan memperingatkan pasukannya.”(HR al-Bukhari dan Muslim).
Karena itu, dalam banyak hal kita pun harus marah, misalnya: saat kehormatan Islam dilecehkan, saat orang-orang kafir mengolok-olok Islam, saat orang-orang liberal mengacak-acak al-Quran, saat para penguasa membuat UU yang bertentangan dengan Islam dan melakukan berbagai kezaliman, saat saudara-saudara sesama Muslim dihinakan bahkan dibantai tanpa belas kasihan, dsb.
Baca Juga :
- Inilah Orang Yang Selalu Dikejar-kejar Oleh Rezeki
- Ternyata Orang Yang Memilih Shalat Sendiri Nyatanya Telah Dipengaruhi Oleh Setan
Marahlah dalam hal tersebut karena marah yang demikian bukan hanya diperbolehkan tapi diharuskan. Seperti dikatakan dalam hadits Nabi ketika kita melihat sebuah kemungkaran.
“Jika mampu kita wajib mengubahnya dengan tangan (kekuasaan), atau dengan lisan (dakwah) atau dengan hati meski itu menandakan iman yang paling lemah.” (HR Muslim)
Lalu sudahkah kita marah akan kondisi kemungkaran yang merajalela saat ini? Setidaknya sudahkah hati kita membencinya? Jika tidak ada rasa marah sedikitpun, masihkah iman ada di sana?
(Ref: sandk, muslimahzone.com, fauziya, wikipedia.org)
Jumlah 0 komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Selalu Mengikuti Peraturan. Kunjungi http://bit.ly/KomentarWU untuk mengetahui Kebijakan Komentar WowUniknya.net