Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi.
Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara.
Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum mencapai daratan; inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).
Pernahkah kalian mencium aroma hujan sewaktu air hujan menjatuhi tanah atau bumi. Aroma air hujan tersebut bisa membuat pikiran kita menjadi tenang.
Hujan yang turun setelah musim kemarau menebar harum bumi yang selamanya melekat dalam ingatan. Tapi air sendiri tidak berbau. Lantas bagaimana aroma hujan tercipta? Inilah jawabannya.
1. Aroma Bumi
Ilustrasi pelangi |
Petrikor adalah nama yang dipilih ilmuwan Australia tahun 1964 untuk aroma hujan. Bau tersebut berasal dari minyak nabati dan senyawa alkohol bernama Geosmin yang dilepaskan oleh tumbuhan saat cuaca kering. Tapi kenapa hujan melepaskan aroma Petrikor dan kenapa bau setiap hujan berbeda-beda?
2. Gelembung Aerosol
Ilustrasi dentuman air hujan |
Untuk menjawabnya peneliti dari Massachusetts Institute of Technology di Amerika Serikat merekam rintik hujan yang jatuh ke Bumi dengan kamera spesial. Benturan antara rintik hujan dan tanah menimbulkan gelembung yang memuat partikel terkecil dari dalam tanah. Gelembung bernama Aerosol itulah yang memuat aroma hujan.
3. Harum Rinai di Penghujung Kemarau
Anak laki-laki yang bermain diguyuran air hujan |
Peneliti juga meyakini partikel kecil yang dilepaskan ke udara tidak cuma menebar aroma tertentu dari tanah, tetapi ikut melepaskan bakteri dan virus yang tersimpan di dalamnya. Mereka menemukan rinai alias gerimis lebih banyak memproduksi partikel beraroma ketimbang hujan deras.
4. Kering Beraroma
Ilustrasi awan hujan |
Terutama tiga faktor menentukan intensitas aroma hujan, yakni kepadatan tanah, kelembabannya dan curah hujan. Semakin kering tanah, maka semakin intensif juga aroma yang ditimbulkan. Pasalnya tanah yang kering lebih mudah melepaskan partikel beraroma.
5. Ozon Berbau
Ilustrasi hujan |
Ozon pun memiliki aroma tajam yang serupa bau percikan api. Alasannya kilatan petir membelah molekul Oksigen dan Nitrogen menjadi atom terpisah. Beberapa kemudian bergabung kembali membentuk Nitrogen monoksida yang setelah bersentuhan dengan senyawa lain di udara membentuk sebuah molekul yang teridiri atas tiga atom Oksigen, O3, alias Ozon. Dalam bahasa Yunani Ozon berarti "yang bisa dibaui."
6. Mencium Badai
Ilustrasi badai akan datang |
Manusia juga bisa mencium datangnya hujan dari kejauhan. Pasalnya aroma dari wilayah yang terkena hujan ikut terbawa oleh angin. Selain itu kelembaban udara biasanya meningkat menjelang hujan. Ketika tanah yang kering mulai melembab, gelembung udara berisikan partikel berbau mulai terlepas ke udara.
Baca Juga :
- Selain Lagunya Yang Ngehits, Ternyata PPAP Ada Cafenya Juga lho di Jepang!
- Amerika Serikat Kembangkan Jubah Iron Man Yang Memiliki Kekuatan Super Untuk Militer
7. Petaka di Balik Keindahan
Ilustrasi tetesan air |
Penemuan ini bisa menjelaskan bagaimana sejumlah jenis penyakit yang bersarang di permukaan tanah bisa menyebar. Melanjutkan eksperimen tersebut, kini ilmuwan MIT sedang meneliti bagaimana bakteri E.Coli mewabah dengan bantuan air hujan. (Ref: sandk, dw.com, wikipedia.org)
Jumlah 0 komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Selalu Mengikuti Peraturan. Kunjungi http://bit.ly/KomentarWU untuk mengetahui Kebijakan Komentar WowUniknya.net