OLEH STMIK RAHARJA
Dosen : Darwin Purba, S.Kom, MM, DR(C)
Mencerdaskan Otak Kanan
Pertama, kita harus lebih banyak menyukai kegiatan atau hobi di alam terbuka. Misalnya: berenang, memancing, bersepada, berjalan-jalan, lari-lari, berkemah, atau haking. Kegiatan ini dapat mencerdaskan otak kanan. Kedua, melatih diri untuk berfikir divergen atau menyebar, loncat-loncat bukan linier, berpikir yang aneh-aneh, dan suka humor. Sehingga, kita akan lebih mudah menemukan ide-ide kreatif. Ketiga, mengaktifkan kemampuan bawah sadar kita. Keempat, bisa melalui pendekatan religious, misalnya yang saya alami sendiri, yakni melakukan dzikir dalam hati. Dzikir dalam hati dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Dzikir itu akan membuat sesuatu itu terjadi. Sementara, intuisi yang tajam akan menunjukkan sesuatu itu terjadi.
Mencerdaskan Otak Kanan
Pertama, kita harus lebih banyak menyukai kegiatan atau hobi di alam terbuka. Misalnya: berenang, memancing, bersepada, berjalan-jalan, lari-lari, berkemah, atau haking. Kegiatan ini dapat mencerdaskan otak kanan. Kedua, melatih diri untuk berfikir divergen atau menyebar, loncat-loncat bukan linier, berpikir yang aneh-aneh, dan suka humor. Sehingga, kita akan lebih mudah menemukan ide-ide kreatif. Ketiga, mengaktifkan kemampuan bawah sadar kita. Keempat, bisa melalui pendekatan religious, misalnya yang saya alami sendiri, yakni melakukan dzikir dalam hati. Dzikir dalam hati dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Dzikir itu akan membuat sesuatu itu terjadi. Sementara, intuisi yang tajam akan menunjukkan sesuatu itu terjadi.
Fungsi Otak Kiri dan Otak Kanan
Dengan kita mampu memberdayakan otak kanan. Maka setiap memecahkan persoalan dalam bisnis, kita pun akan dapat melihat secara keseluruhan, dan kemudian memecahkan berdasarkan firasat, dugaan atau intuisi. Intuisi ini adalah kemampuan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak dapat diterima oleh kelima indra kita. Tampaknya ada yang khawatir dengan intuisi, karena mereka pikir intuisi bisa menghalangi pemikiran rasional. Sebenarnya intuisi justru berdasarkan pada pemikiran yang rasional dan tidak dapat berfungsi tanpanya.
Mengandalkan otak kiri juga cenderung membuat penyelesaian masalah dipecahkan satu per satu berdasarkan logika. Kenyataan ini pernah kita alami saat studi dulu. Kita lebih banyak diajarkan atau dilatih oleh guru kita untuk selalu berpikir dengan otak kiri. Misalnya kita selalu dituntut berpikiran logis, analistik, dan berdasarkan pemikiran edukatif. Padahal hal tersebut ada kelemahannya. Kita tidak dapat menggunakannya, bila data tidak tersedia, data tidak lengkap, atau sukar diperoleh data.
Tetapi dengan kita mampu memberdayakan otak kanan kita, maka kita juga akan lebih intuitif dalam menghadapi setiap masalah yang muncul. Tentu saja hal tersebut berbeda dengan mereka yang hanya mengandalkan otak kiri, yang cenderung bersifat analitis. Yang jelas, kedua belah otak tersebut sama pentingnya. Jika kita mampu memanfaatkan kedua otak ini, maka kita akan cenderung “seimbang” dalam setiap aspek kehidupan, termasuk urusan bisnis.
Pengusaha “Climber”
Hari K. Lasmono (2008) mengungkapkan, bahwa untuk kita bisa sukses dalam bisnis maupun karier, tidak cukup hanya mengandalkan IQ (Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient), tapi juga AQ (Adversity Quotient). Mengapa AQ penting? Menurut pakar SDM, Paul G. Stoltz, AQ merupakan perpaduan antara IQ dan EQ. Jadi AQ bisa saja kita artikan sebagai keandalan mental. Sementara, Daniel Goleman pernah mengatakan, banyak pengusaha ber-IQ tinggi, namun usahanya cepat jatuh. Sedang, yang ber-IQ biasa-biasa saja justru berkembang.
Tetapi kenyataannya, seperti IQ, tidak semua orang mengambil keuntungan dari EQ. Karena kurangnya ukuran validitas dan metode definitif untuk mempelajarinya, membuat EQ sukar dipahami. Bahkan beberapa orang ber-IQ, tinggi dan punya semua aspek EQ, ternyata akan jatuh pula. Itu sebabnya mengapa Stoltz, berani mengatakan, bahwa IQ dan EQ tidak menentukan kesuksesan seseorang, meskipun keduanya memegang peranan. Lantas, mengapa pengusaha bisa bertahan, meski di saat krisis ekonomi sekali pun, sedang pengusaha lain yang rata-rata pintar menyerah akibat badai krisis? AQ itulah kuncinya.
- AQ mempunyai tiga bentuk sebagai berikut:
- AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual baru dalam memahami dan meningkatkan semua bagian dari keberhasilan.
- AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons seseorang terhadap kesulitan hidup.
- AQ adalah seperangkat alat yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki kemauan respons seseorang terhadap seseorang.
Untuk memahami AQ, kita menggambarkannya dengan pendaki gunung. Ada 3 kategori, yang pertama adalah “Climber”. Tipe orang ini, akan terus mendaki sampai puncak tanpa mempertimbangkan lebih jauh keuntungan atau kerugian, ketidak beruntungan atau keberuntungan. Tipe pengusaha”Climber ” ini, juga cenderung tidak pernah mempermasalahkan usia, gender, ras, ketidakmampuan fisik atau mental, atau berbagai rintangan lain mencapai puncak kesuksesannya. Tipe yang kedua adalah pengusaha “Camper ”. Dia mengompromikan hidupnya. Dia bekerja keras tetapi hanya sebatas yang mampu dia lakukan. Sebenarnya kesuksesan bisa diraih lebih baik lagi, tetapi, dia cenderung untuk tidak mau mencapainya. Dia sudah cukup puas dengan apa yang sudah diraihnya.
Terakhir tipe ketiga, pengusaha Quitters juga mengompromikan hidupnya, namun tidak berusaha sekeras “Camper”. Dia lebih memilih bisnis yang mudah, tanpa gejolak. Tapi, jika dalam bisnis menghadapi kesukaran, ia cenderung lebih mudah terkena depresi, atau frustasi. Pendeknya, disadari atau tidak, pengusaha “Quitter” lebih memilih melarikan diri dari pendakiannya. Padahal, sebetulnya dia punya potensi untuk mencapai sukses.
Dengan melihat 3 tipe pengusaha di atas, dapat disimpulkan bahwa jika kita ingin eksis sebagai pengusaha, maka sebaiknya kita harus berusaha menjadi pengusaha “Climber ”, dan bukan “Camper” maupun “Quitter”.
Salah satu cara meningkatkan AQ adalah melalui LEAD, yang merupakan akronim dari Listen, Explore, Analysis dan Do. Rangkaian LEAD didasarkan pada pengertian bahwa kita dapat mengubah keberhasilan kita dengan mengubah kebiasaan berpikir kita. Akhirnya dengan usaha yang sungguh-sungguh maka peningkatan AQ dapat tercapai.
Entrepreneur Kreatif
Raudsepp (2006) mengatakan bahwa kemampuan kreatif itu terdistribusi hampir secara universal kepada seluruh umat bumi ini. Kreativitas seperti sebuah sumber mata air, yang tentunya jangan sampai kita biarkan sumber mata air itu mengering. Kita harus tetap belajar dan menggali terus kreativitas tersebut.
Facebook, Hasil Karya Kreatif Generasi Muda Amerika Serikat
Keluarkan semua ide atau gagasan Anda. Anda tidak perlu takut diremehkan atau dihina orang lain. “Ide gila” yang Anda sampaikan itu boleh jadi suatu waktu akan mengundang kekaguman banyak orang. Orang lain akan gigit jari ketika melihat keberhasilan Anda, dan mungkin saja mereka akan berguman: “Mengapa hal seperti itu dulunya tidak terpikirkan oleh saya?” Kalau Anda berani tampil beda. Itu berarti, Anda akan memiliki jiwa entrepreneur. Keberhasilan entrepreneur itu diibaratkan seperti kesabaran dan ketenangan seorang aktor akrobatik dalam menaiki tambang tipis hingga sampai ke tujuan, ia bukannya menghabiskan waktu dengan perasaan khawatir, tapi konsentrasinya tertuju pada tujuannya.
Mengembangkan Entre-Q
Di dalam menjalankan bisnis, tidak ada salahnya belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat. Artinya, kita harus berani berbuat sesuatu. Jangan takut memulai atau mengembangkan bisnis. Itulah sebenarnya manfaat kalau kita benar-benar memiliki kecerdasan entrepreneur, yang disingkat Entre-Q. Jika kita memiliki Entre-Q biasanya cenderung memiliki perilaku atau kepribadian yang aneh-aneh. Itu menurut ukuran orang pada umumnya. Sebab yang membedakan seseorang itu entrepreneur atau bukan antara lain terletak pada Entre-Q.
Sebagian besar entrepreneur yang memiliki Entre-Q mempunyai prinsip bahwa, setiap menghadapi tantangan bisnis dan kehidupan selalu dengan mengedepankan semangat dan spritualnya. Itu biasanya dia bangun sendiri dari pemikiran-pemikirannya, yang itu bisa dia pelajari dari orang lain, atau dia temukan sendiri. Entrepreneur yang memiliki Entre-Q biasanya juga selalu komit atau konsisten dengan apa yang dia lakukan. Dan, dia akan selalu punya keinginan untuk terus belajar dari pengalaman bisnisnya baik pahit maupun manis. Sehingga tidak mengherankan, kalau sosok pengusaha seperti ini biasanya mempunyai kelebihan berpikir yang tidak linier atau tidak teratur.
Keluarkan semua ide atau gagasan Anda. Anda tidak perlu takut diremehkan atau dihina orang lain. “Ide gila” yang Anda sampaikan itu boleh jadi suatu waktu akan mengundang kekaguman banyak orang. Orang lain akan gigit jari ketika melihat keberhasilan Anda, dan mungkin saja mereka akan berguman: “Mengapa hal seperti itu dulunya tidak terpikirkan oleh saya?” Kalau Anda berani tampil beda. Itu berarti, Anda akan memiliki jiwa entrepreneur. Keberhasilan entrepreneur itu diibaratkan seperti kesabaran dan ketenangan seorang aktor akrobatik dalam menaiki tambang tipis hingga sampai ke tujuan, ia bukannya menghabiskan waktu dengan perasaan khawatir, tapi konsentrasinya tertuju pada tujuannya.
Di dalam menjalankan bisnis, tidak ada salahnya belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat. Artinya, kita harus berani berbuat sesuatu. Jangan takut memulai atau mengembangkan bisnis. Itulah sebenarnya manfaat kalau kita benar-benar memiliki kecerdasan entrepreneur, yang disingkat Entre-Q. Jika kita memiliki Entre-Q biasanya cenderung memiliki perilaku atau kepribadian yang aneh-aneh. Itu menurut ukuran orang pada umumnya. Sebab yang membedakan seseorang itu entrepreneur atau bukan antara lain terletak pada Entre-Q.
Sebagian besar entrepreneur yang memiliki Entre-Q mempunyai prinsip bahwa, setiap menghadapi tantangan bisnis dan kehidupan selalu dengan mengedepankan semangat dan spritualnya. Itu biasanya dia bangun sendiri dari pemikiran-pemikirannya, yang itu bisa dia pelajari dari orang lain, atau dia temukan sendiri. Entrepreneur yang memiliki Entre-Q biasanya juga selalu komit atau konsisten dengan apa yang dia lakukan. Dan, dia akan selalu punya keinginan untuk terus belajar dari pengalaman bisnisnya baik pahit maupun manis. Sehingga tidak mengherankan, kalau sosok pengusaha seperti ini biasanya mempunyai kelebihan berpikir yang tidak linier atau tidak teratur.
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut Leonardus Saiman (2009) adalah sebagai berikut:
- Pendidikan umum yang luas, dengan pendidikan umum yang luas, maka akan mudah memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.
- Kematangan mental, dengan kematangan mental, seorang pemimpin akan dapat mengendalikan emosinya dalam setiap tindakannya.
- Sifat ingin tahu, dengan sifat ini, seorang pemimpin akan mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
- Kemampuan analisis, dengan sifat ini, seorang pemimpin akan cepat dan cermat dalam mengambil keputusan.
- Keterampilan komunikasi, dengan sifat ini, seorang pemimpin akan disukai oleh anak buah dan mudah membentuk jaringan dalam bisnis.
- Keterampilan mendidik, dengan sifat ini, seorang pemimpin akan meningkatkan kematangan anak buah atau akan mendewasakan dan memberikan bekal pengetahuan kepada anak buahnya.
- Berani mengambil resiko, dengan sifat ini, seorang pemimpin tidak akan ragu dalam mengambil keputusan yang strategis, tentunya dengan penuh pertimba-ngan dan tetap menekankan pada risiko kecil dengan keuntungan besar.
- Ada naluri prioritas, dengan sifat ini, seorang pemimpin dapat melakukan pekerjaannya atau menjadwalkan pekerjaan sesuai prioritas, tidak sekedar memprioritaskan jadwal.
Manajer Berjiwa Entrepreneur
Menurut pakar manajemen Peter Drucker (2004), jika suatu perusahan itu memiliki manajer yang berjiwa entrepreneur, juga akan selalu siap menghadapi setiap perubahan dalam bisnis. Dan, perubahan tersebut bagi manajer berjiwa entrepreneur, adalah bagian dari pekerjaannya. Sedangkan, risiko yang timbul pun bagian dari pekerjaannya. Persis seperti yang dikatakan oleh Willim Ahmanson (2006), bahwa dalam bisnis itu, tidak ada jalan lurus yang dapat ditempuh dari tempat satu ke tempat lain. Maka, dalam konteks inilah bisnis itu ada tiga komponen, meliputi: investor (orang yang mencari risiko), entrepreneur (orang yang mengambil risiko), dan manajer (orang yang menghindar dari risiko). Dan, dalam keadaan kondisi bisnis yang baik, jiwa entrepreneur menjadi hal penting.
Menurut J. A. Schumpeter dalam bukunya “The Entrepreneur as innovator”, manajer yang berjiwa entrepreneur juga merupakan sosok yang berambisi tinggi di dalam mengembangkan bisnisnya, energik, percaya diri, kreatif dan inovatif, senang dan pandai bergaul, berpandangan ke depan, bersifat fleksibel, berani terhadap risiko, senang mandiri dan bebas, banyak inisiatif dan bertanggung jawab, optimistik, memandang kegagalan sebagai pengalaman yang berharga (positif), selalu berorientasi pada keuntungan, dan gemar berkompetisi.
Download Materi PPT (HERE)
Pergunakanlah Materi Dengan Bijak!!!..................
Jumlah 0 komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Selalu Mengikuti Peraturan. Kunjungi http://bit.ly/KomentarWU untuk mengetahui Kebijakan Komentar WowUniknya.net