OLEH STMIK RAHARJA
Dosen : Darwin Purba, S.Kom, MM, DR(C)
Berani Bermimpi
Kita harus punya keyakinan, kalau entrepreneur berani memiliki visi, ia pasti mampu menciptakan kekuatan positif di dalam pikirannya. Hasilnya adalah kemampuan kerja dan kualitas hidupnya yang meningkat. Oleh karena itu, saya sangat yakin dengan ungkapan berikut ini: “Hati-hatilah dengan angan-anganmu, karena angan-anganmu itu akan menjadi kenyataan.” Presiden Soekarno, pernah mengatakan, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit.” Visi memang bisa menyugesti orang. Dan, semua langkah kita akan kita arahkan ke sana. Apalagi entrepreneur itu biasanya seorang pemimpi. Maka mimpi tentang perusahaan, mimpi tentang masa depan, tentu akan dapat memengaruhi para pengikut yang dipimpinnya.
Bill Gates Berkat Mimpi Menjadi Milyarder
Kita lihat saja bagaimana Bill Gates yang bermimpi, bahwa personal computer akan tersedia di rumah setiap orang. Untuk merealisasikan mimpinya, ia rela drop out dari studinya, dan lebih memilih menekuni Microsoftnya. Ternyata ia berhasil. Sehingga ia kini menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Begitu pula Michael Dell. Impiannya juga menakjubkan, ia ingin mengalahkan perusahaan komputer raksasa IBM.
Berani Bermimpi
Kita harus punya keyakinan, kalau entrepreneur berani memiliki visi, ia pasti mampu menciptakan kekuatan positif di dalam pikirannya. Hasilnya adalah kemampuan kerja dan kualitas hidupnya yang meningkat. Oleh karena itu, saya sangat yakin dengan ungkapan berikut ini: “Hati-hatilah dengan angan-anganmu, karena angan-anganmu itu akan menjadi kenyataan.” Presiden Soekarno, pernah mengatakan, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit.” Visi memang bisa menyugesti orang. Dan, semua langkah kita akan kita arahkan ke sana. Apalagi entrepreneur itu biasanya seorang pemimpi. Maka mimpi tentang perusahaan, mimpi tentang masa depan, tentu akan dapat memengaruhi para pengikut yang dipimpinnya.
Bill Gates Berkat Mimpi Menjadi Milyarder
Kita lihat saja bagaimana Bill Gates yang bermimpi, bahwa personal computer akan tersedia di rumah setiap orang. Untuk merealisasikan mimpinya, ia rela drop out dari studinya, dan lebih memilih menekuni Microsoftnya. Ternyata ia berhasil. Sehingga ia kini menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Begitu pula Michael Dell. Impiannya juga menakjubkan, ia ingin mengalahkan perusahaan komputer raksasa IBM.
Berani Mencoba
Dalam bisnis modern, kita tidak akan dapat hidup tanpa memiliki sikap berani mencoba. Kita lihat saja, masih banyak orang gagal dalam usahanya, yang akhirnya putus asa tanpa mampu lagi berbuat sesuatu, tanpa berani mencoba lagi. Sikap semacam ini jelas akan merugikan kita, bukan saja dari aspek materi atau finansial saja, tapi juga dari aspek psikolgis. Oleh karena itu, walaupun di masa krisis, sebaiknya kita harus tetap menjadi entrepreneur yang memiliki semangat kewirausahaan yang tinggi. Kita juga harus punya keyakinan, bahwa sesunguhnya seseorang itu tidak ada yang gagal dalam bisnisnya. Mereka yang gagal hanyalah karena dia berhenti mencoba, berhenti berusaha.
Berani Gagal
Kesusahan dan kekalahan memungkinkan kita mengembangkan akal dan maju ke depan. Contohnya adalah emas, bahan perhiasan di mana banyak orang rela mati untuk mendapatkannya. Semakin panas api yang melebur semakin murni emas dihasilkan. Ini adalah suatu hakikat – tanyakan tukang emas maka ia akan menjawab. Masa sulit, masa buruk, masa murung, masa menderita – semuanya dijadikan untuk membentuk diri anda – sebagaimana api membentuk emas.
“Hanya orang yang berani gagal total, akan meraih keberhasilan total.” Pernyataan John F. Kennedy ini saya yakini kebenarannya. Itu bukan sekadar retorika, tetapi sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya.
Jika anda telah mencoba dan menemui kegagalan; jika anda telah merancang dan menyaksikan rancangan anda hancur di depan mata; ingat saja bahwa tokoh-tokoh besar dalam sejarah semuanya menjadi besar karena keberanian dan keberanian lahir dalam buaian kesusahan. Peter Drucker mengatakan: “Jika telah dirancang dengan teliti dan diatur dengan rapi dan dilaksanakan dengan efektif namun tetap gagal, maka kegagalan menandakan perubahan dan dengannya terbuka peluang”. Para usahawan diseluruh dunia memahami hakikat ini.
Peluang Bisnis Ada Di Sekitar Kita
Keterampilan tentu juga bisa dijadikan peluang bisnis. Terampil di bidang elektronika misalnya, bisa membuka bisnis reparasi dan maintenance alat-alat elektronik. Ahli di bidang komputer bisa membuka bisnis software dan hardware. Terampil di mesin, bisa memulai bisnis dari servis motor atau mobil. Atau barangkali, punya kreativitas yang berciri khas dan unik, kita bisa merintis bisnis kreatif, seperti kaos Dagadu itu. Bahwa produk ini akhirnya jadi souvenir khas Yogya, itu sebagai bukti bahwa kreativitas bisa jadi peluang bisnis yang menarik untuk digeluti. Maka, tidak ada salahnya, jika kita juga mencoba mengembangkan kreativitas yang tidak lazim dan unik, agar bisa dijadikan peluang bisnis.
Tingkat pendidikan kita juga bisa menjadi peluang bisnis dengan pengembangan profesi. Misalnya sarjana Matematika membuka kursus Matematika. Sarjana Sastra Inggris mulai usaha dengan membuka kursus bahasa Inggris.
Begitu juga, jika kita punya hobi. Misalnya melukis, bisa jadi pelukis dan lukisan itu bisa kita jual di galeri. Bagi yang hobi senam aerobic atau body language, bisa berwirausaha buka studio senam. Bahkan, peluang bisnis itu juga bisa diraih saat kita melakukan perjalanan ke luar kota. Ide bisnis bisa muncul setelah kita melihat bisnis di kota lain, dan itu bisa dikembangkan di kota sendiri. Hanya saja, agar bisnis yang akan dijalankan tidak sia-sia, ada baiknya pastikan dulu pasarnya. Namun demikian, peluang bisnis itu hanya bisa diraih, jika kita jeli dan gigih. Ingat pepatah yang mengatakan: “Tidak ada usaha, tidak ada hasil”.
Memulai Bisnis Baru
Peluang untuk memasuki dunia usaha adalah memulai atau membuka usaha baru. Artinya seseorang memulai sesuatu yang sama sekali baru yang belum pernah ada sebelumnya. Dalam kondisi awal seperti ini biasanya seseorang calon entrepreneur dibayangi oleh perasaan ragu. Keraguan ini wajar terjadi karena yang selalu muncul dan menjadi pertanyaan adalah dari manakah usaha baru tersebut harus dimulai. Setiap tahun telah cukup banyak orang yang masuk dunia bisnis. Mereka umumnya melakukan tiga cara. Yakni, membeli bisnis yang sudah ada, menjadi partner dalam sebuah franchise, atau dengan memiliki bisnis baru.
Hasil survei di AS menunjukkan, bahwa 43% pengusaha itu dapat ide dari pengalaman yang diperoleh saat dia bekerja di industri yang sama. Mereka tahu operasional suatu usaha dan umumnya punya jaringan kerja sama. Sebanyak 15% pengusaha dapat ide bisnis saat melihat orang lain mencoba suatu usaha. Sebanyak 11% pengusaha dapat ide saat melihat peluang pasar yang tidak atau belum terpenuhi, 7% pengusaha dapat ide karena telah meneliti secara sistematik kesempatan bisnis, dan 3% pengusaha dapat ide karena hobi atau tertarik akan kegemaran tertentu.
Memulai Bisnis Tanpa Uang Tunai
Namun, jika kita ternyata tidak memiliki uang tabungan, uang pesangon atau katakanlah belum ada keberanian untuk meminjam uang ke bank atau koperasi, saya kira kita juga tidak perlu risau. Karena ada cara untuk memulai bisnis, meski tidak memiliki uang tunai sekalipun. Contohnya, kita bisa menjadi seorang perantara. Misalnya, menjadi perantara jual beli rumah, motor dan lain-lain. Keuntungan yang kita dapat bisa dari komisi penjualan atau dari cara lain atas kesepakatan kita dengan pemilik produk. Saya yakin, kita pasti bisa melakukannya.
Kita bisa juga membuat usaha dengan cara konsumen melakukan pembayaran di muka. Dalam hal ini, kita bisa mencari bisnis di mana konsumen yang jadi sasaran bisnis kita itu mau membayar atau mengeluarkan uang dulu sebelum proses bisnis, baik jasa maupun produk, itu terjadi. Misalnya bisa dilakukan pada bisnis jasa, seperti industri jasa pendidikan. Di mana, siswa diwajibkan membayar dulu di depan sebelum proses pendidikannya itu terjadi. Bisa juga misalnya, ada orang yang memesan barang pada kita, namun sebelum barang yang dipesan itu jadi, pihak konsumen sudah memberikan uang muka dulu.
Masih ada cara lain memulai bisnis tanpa kita memiliki uang tunai. Contohnya, menggunakan sistem bagi hasil. Biasanya, cara bisnis model ini banyak diterapkan pada Rumah Makan Padang. Di mana kita sebagai orang yang memiliki keahlian memasak, sementara partner bisnis kita sebagai pemilik modal uang. Kita bekerja sama dan keuntungan yang didapat pun dibagi sesuai kesepakatan bersama. Atau kita mungkin ingin cara lain? Tentu masih ada. Contohnya, kita bisa melakukannya dengan sistem barter dengan pemasok, dan kita pun jika memiliki keahlian tertentu, mengapa tidak saja menjadi seorang konsultan.
Belajar Bisnis Sambil Jalan
Logikanya adalah, kalau kita menunggu sampai punya pengalaman bisnis yang mumpuni, lantas kapan kita akan memulai usaha? Pengalaman pengusaha Bob Sadino, juga pengalaman pengusaha lain, menunjukkan bahwa sesungguhnya pengalaman bisnis yang mumpuni itu bisa kita raih sambil menjalankan bisnis kita. Maka, jika kita ingin memulai usaha, ada baiknya jangan banyak dipikir atau pakai rencana yang muluk-muluk. Yakinlah, bahwa dalam bisnis bisa saja berubah, dan itu bisa kita tangani sambil jalan.
Kemudian, kalau kita lihat di lapangan, banyak usaha yang ternyata dimulai dengan nol. Misalnya, uang tidak punya, itu bisa diatasi dengan pinjam orang lain. Kemudian pengalaman bisnis tidak punya, bisa ditanya pada orang lain. Bahkan ide pun tidak punya, bisa pakai ide orang lain. Begitu juga tempat usaha yang tak ada, dan masih banyak lagi. Apa artinya semua itu? Artinya, kita bisa menggunakan “kepunyaan” orang lain. Justru dari keadaan semacam inilah, akan membuat kita mendapat banyak pelajaran dalam berbisnis. Pemikiran tersebut merupakan hal yang paling penting untuk memulai bisnis.
Sukses Adalah Guru Yang Buruk
Robert T. Kiyosaki dalam bukunya “Cash flow Quadrant” berpendapat, bahwa sebenarnya sukses itu guru yang buruk. Tetapi itu berlaku untuk diri kita sendiri. Artinya, sebagai entrepreneur, sebaiknya tidak berguru pada kesuksesan kita sendiri. Sebab, hal itu akan membuat kita menjadi kurang bersemangat, menjadi tidak kreatif, menjadikan kita lengah atau sombong, menjadikan kita lupa diri, bahkan tidak menutup kemungkinan kesuksesan yang kita raih akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Sukses itu, menurut saya, bukan berarti “waktunya untuk menikmati”. Kesuksesan kita itu bisa menjerumuskan kita. Apalagi, kalau kita terlalu membanggakan kesuksesan itu, akan membuat kita lupa diri.
Rezeki Itu Bisa Direncanakan
Apalagi, kalau kita berani memilih profesi seperti pengusaha, dokter, notaris, pengacara, pelukis, seniman, dan lain-lain. Profesi ini saya lihat sangat berpeluang mendatangkan rezeki yang relatif besar atau tidak linier. Sebab, profesi ini berbeda dengan orang yang digaji atau seperti karyawan. Artinya, jika saat ini kita misalnya, sedang menekuni dunia usaha atau sebagai pengusaha, maka jelas sangat memungkinkan sekali bagi kita untuk mendatangkan rezeki yang relatif besar. Sementara kalau saja kita sekarang ini bekerja ikut orang lain atau setiap bulannya digaji tetap, maka jelas peluang akan datangnya rezeki yang relatif besar, menjadi kecil. Oleh karena itu, rezeki besar itu datangnya mencari tempat yang pas, dan ini bisa kita rencanakan. Tinggal, kita berani atau tidak.
Rezeki itu sesungguhnya akan datang mengikuti rencana utang kita. Rezeki itu juga akan datang sesuai pengambilan risiko bisnis kita. Sehingga, pada saat kita ambil risiko bisnis yang kecil, rezeki yang mengalir pun kecil. Sebaliknya, bila kita berani ambil risiko yang besar, maka rezeki yang mengalir pun akan besar.
Kecerdasan Emosional Entrepreneur
Entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional optimal, akan tetap menganggap, bahwa krisis itu adalah sebuah peluang. Itulah sebabnya mengapa entrepreneur itu harus tetap jeli dalam memanfaatkan emosinya. Sebaliknya, jika seseorang secara intelektual cerdas, kerapkali justru bukanlah seorang entrepreneur yang berhasil dalam bisnis dan kehidupan pribadinya. Dia harus yakin, bahwa dia dalam dunia bisnis saat ini maupun di masa mendatang, kecerdasan emosional akan lebih tetap berperan.
Perpaduan antara IQ, EQ dan SQ Membentuk Keberhasilan Entrepreneur
Banyak orang yang sukses menjadi entrepreneur meski nilai akademiknya sedang-sedang saja. Hal ini disebabkan, mereka yang lulus dengan nilai yang sedang itu sebagian besar memiliki kecerdasan emosional optimal. Lantaran kecerdasan emosional yang optimal inilah yang justru mendorongnya untuk menjadi entrepreneur yang kreatif. Contohnya adalah Bill Gates, seorang supermilyarder di Amerika Serikat. Dia adalah pemilik perusahaan perangkat lunak Microsoft. Saat Bill Gates kuliah di Harvard Business School, ia merasa tidak mendapat pengetahuan apa-apa. Akhirnya ia putuskan berhenti kuliah. Namun meski drop-out dari Harvard, Bill dikenal sebagai penyumbang dana terbesar bagi universitasnya.
Menyelaraskan Otak Berpikir Dan Otak Emosional
Hasil penelitian Daniel Golemen, pengarang “Emotional intelligence”, tentang otak dan ilmu perilaku yang dimuat “The New York Times”, menarik untuk dikaji. Dikatakannya, sesungguhnya kita memiliki 2 otak, satu yang berpikir (otak berpikir) dan satu yang merasakan (otak emosional). Biasanya, otak berpikir itu kita sebut otak kiri, dan otak emosional kita sebut otak kanan. Maksudnya, apa-apa yang kita ketahui ada di otak berpikir, dan apa-apa yang kita rasakan ada di otak emosional. Saya kira, dikotomi emosional dengan berpikir kurang lebih sama dengan istilah “hati” dengan “kepala”. Sebenarnya mana yang lebih dulu terjadi? Menurut penelitiannya itu, Goleman menyebutkan, bahwa otak emosional ternyata terjadi lebih dulu sebelum otak berpikir.
Dampak positif dari terciptanya keselarasan kedua otak itu juga akan memunculkan tindakan-tindakan produktif, membuat kita semakin mantap dalam berbisnis, dan pada akhirnya akan berdampak positif bagi kemajuan bisnis kita. Singkatnya, keselarasan itu sangat berkaitan dengan pemberdayaan diri kita. Di mana, kita mesti bisa mengontrol diri, dan menggunakan akal sehat. Dan, tentu saja, keselarasan itu tidak akan berwujud kalau kita masih juga memegang teguh sifat mementingkan diri sendiri. Sehingga, seorang wirausahawan yang bisa menyelaraskan otak berpikir dan otak emosional, akan sangat mungkin lebih berhasil dalam bisnisnya. Boleh jadi peluang menjadi wirausahawan yang kompeten, bernilai, professional, dan bahagia akan lebih bisa dicapai. Meski tidak mudah kita menyelaraskan keldua otak tersebut, kita harus berani mencobanya.
Download Materi (HERE)
Pergunakanlah Materi Dengan Bijak!!!.............................
Jumlah 0 komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Selalu Mengikuti Peraturan. Kunjungi http://bit.ly/KomentarWU untuk mengetahui Kebijakan Komentar WowUniknya.net