11 Januari 2017

author photo
Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap hashish melalui pipa chilam/chillum, dan dengan meminum bhang.

Selama ratusan tahun sebuah desa kecil di kaki pegunungan Himalaya menanam ganja sebagai sumber pemasukan utama. Kini nama desa Malana melegenda di kalangan penggemar mariyuana.

Tenar dan Terpencil

Desa Malana
Bertengger di punggung bukit lembah Kullu yang subur, Malana dulu cuma bisa dicapai dengan berjalan kaki selama empat hari dari jalan terdekat. Peraturan dan tradisi desa merujuk pada ajaran dewa Jamlu. Penduduk memilih parlemen dan menyelesaikan perkara di antara mereka lewat pengadilan desa. Hingga beberapa tahun silam kehadiran orang asing akan memicu sikap antipati.

Mendunia Berkat Ganja

Ganja
Tapi Malana tidak lagi tersembunyi. Selama berabad-abad, penduduk menanam tanaman yang membuat nama Malana melegenda di kalangan penggemar ganja. Desa itu juga menjadi ladang pertaruhan untuk pemerintah India yang tengah berperang melawan "Charas," getah ganja berwarna hitam dan lengket yang membuat nama Malana mendunia.

Tradisi Kaum Saiwa

Kaum Saiwa
Sejak 1985 pemerintah India melarang peredaran ganja. Kepemilikan satu kilogram Charas misalnya akan dihukum paling minim sepuluh tahun penjara. Sebelumnya penjualan Charas dan opium diperbolehkan sejak era kolonialisme Inggris. Pasalnya Charas adalah bagian tak terpisahkan dari budaya dan ritual kaum Saiwa, komunitas agama terbesar kedua di India.

Hanya Ganja di Himalaya

Penduduk
Tapi jauh di utara penduduk telah menanam ganja sejak ratusan tahun. Mereka berdalih marijuana sudah menjadi bagian dari tradisi. Terlebih ganja adalah satu-satunya produk agrikultur yang mereka bisa tanam di lahan tandus pegunungan Himalaya dengan cuaca yang tak kalah bengis. Meski demikian polisi berulangkali datang buat membakar hasil panen yang mereka tanam.

Pelancong Hijau

Ganja
Terutama "Malana Cream" - minyak getah ganja yang dibuat dari tanaman berbibit unggul - membuat nama desa kecil ini mendunia. Reputasi tersebut memicu kedatangan turis asing dan lokal ke desa terdekat di lembah Parvati. Kebanyakan turis datang untuk menjajal getah ganja yang segar dan tergolong berkualitas paling baik di dunia.

Ramai Panen Ganja

Panen Ganja
Banjirnya konsumen mengubah kehidupan desa. Tahun 2016 pemerintah lokal memperkirakan terdapat 240 hektar lahan ganja dengan hasil panen mencapai 12.000 kilogram. Jumlah aslinya diyakini jauh lebih tinggi mengingat banyaknya lahan tersembunyi di kaki-kaki gunung yang sulit dicapai oleh aparat keamanan.

Kucing-kucingan dengan Kepolisian

Kucing-kucingngan dengan polisi
Menyusul presekusi oleh kepolisian, pemerintah lokal menghimbau penduduk untuk memindahkan lahan ganjanya ke tempat yang lebih terpencil. Kendati upaya yang serius, bisnis ganja di Malana tidak berkurang. Sebab itu politisi lokal mendesak pemerintah pusat untuk mencari pendekatan lain dan serius menyediakan prespektif kerja yang lebih baik untuk penduduk.

Baca Juga :
  1. 10 Ahjussi Yang Lahir Tahun 80-an. Tak Kalah Tampan Dan Imutnya Dengan Song Joong Ki!
  2. Yuk Intip Warna Keberuntunganmu Berdasarkan Zodiakmu di Tahun 2017
  3. Astaga Pria Tampan Ini Menjual Jasa Seks Untuk Menghamili Seorang Wanita
  4. 7 Kabar Hoax Yang Menyulut Perang Antar Bangsa dan Dunia
  5. Subhanallah, Perkenalkan Ayad Shaker Hanna Guru Ngaji Beragama Nasrani "Kristen" Asal Mesir

(Ref: sandk, catatansandk.com, dw.com, wikipedia.org)

Jumlah 0 komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Selalu Mengikuti Peraturan. Kunjungi http://bit.ly/KomentarWU untuk mengetahui Kebijakan Komentar WowUniknya.net

Artikel Berikutya Next Post
Artikel Sebelumnya Previous Post

Baca Juga