25 Juni 2016

author photo
Saudaraku yang beriman… Di bawah ini kita akan sebutkan wanita-wanita yang disebutkan oleh Al Quran dan As Sunnah yang shahih sebagai penghuni neraka. Sehingga kita bisa mengambil pelajaran dengannya dan semoga kita termasuk hamba-hamba yang mendengarkan firman-Nya dan merealisasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin.



1. Istri Nabi Nuh dan Istri Nabi Luth 

Allah Ta’ala berfirman:
 "Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hambahamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu): "Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)". QS. At Tahrim: 10.

"Kenapa kedua istri nabi itu masuk ke neraka bersama-sama orang yang masuk ke dalam neraka?", "Apa pengkhianatan mereka terhadap suami mereka?", mari kita lihat penjelasan para ahli tafsir agama Islam: 

1. Berkata Ibnu Katsir rahimahullah: "Maksud dari "perumpamaan bagi orang-orang kafir", bahwasanya bergaulnya mereka berdua dengan orang-orang muslim tidak memberikan manfa'at kepada mereka sama sekali, dan tidak berguna di hadapan Allah Ta’ala jika sebuah keimanan tidak ada di dalam hati mereka." Beliau rahimahullah juga berkata: "(maksud dari "lalu kedua isteri itu berkhianat kepada kedua suaminya”) adalah di dalam perkara keimanan, tidak menyepakati kedua suaminya di atas keimanan dan tidak mempercayai keduanya tentang risalah yang dibawa oleh suaminya, maka seluruh hal demikian tidak akan memberikan manfa'at apapun dan tidak bisa menahan keburukan bagi mereka berdua." 

Beliau rahimahullah juga berkata: "Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: "Mereka berdua tidak berzina, sedangkan khianatnya istri Nabi Nuh adalah ia memberitakan bahwa Nabi Nuh ‘alaihissalam adalah orang gila, dan khianatnya istri Nabi Luth adalah dia yang memberitahukan  kepada kaum Nabi Luth akan tamutamunya (yang dengan begitu kaumnya ingin berbuat keji dengan tamu-tamu Nabi Luth ‘alaihissalam yaitu perkerjaan homo seksual). Satu faedah dari Imam Ibnu Katsir rahimahullah … 

Beliau rahimahullah berkata: "Dan sebagian ulama telah berdalil dengan ayat yang mulia ini akan kelemahan hadits yang banyak disebutkan oleh manusia: "Barangsiapa yang makan bersama orang yang diampuni Allah maka akan diampuni baginya dosanya". Hadits ini tidak ada asal usulnya, sesungguhnya hadits ini diriwayatkan dari sebagian orangorang shalih yang mengaku bahwa ia melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam mimpi, ia bertanya (dalam mimpi tersebut); "Wahai Rasulullah! Engkau telah mengatakan: "Barangsiapa yang makan bersama orang yang telah diampuni Allah maka akan diampuni baginya dosanya?", beliau menjawab: "Tidak, tetapi aku sekarang mengatakannya." Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/464. 

2. Berkata 'Allamah Syeikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'diy T: "Seakan-akan di dalam hal tersebut ada pengisyaratan dan pelarangan bagi para istri-istri Nabi Muhammad radhiyallahu ‘anhunna untuk berbuat maksiat, dan hubungan mereka dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan memberikan manfa'at jika hubungan tersebut dibarengi dengan maksiat". Lihat Kitab Taisir Al Karimur Rahman, hal: 874. 


2. Istri Abu Lahab 

Allah Ta’ala berfirman:
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”. “Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahakan”. “Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak”. “Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar”. “Yang di lehernya ada tali dari sabut”. QS. Al Masad: 1-5. 

"Kenapa istri Abu Lahab yang hanya pembawa kayu bakar ikut-ikutan masuk ke dalam neraka?", mari kita lihat penjelasan para ahli tafsir kaum muslim: Imam Ath Thabariy rahimahullah berkata: "Para ahli ta'wil (tafsir) berbeda pendapat tentang maksud dari firman-Nya:

Sebagian dari mereka berpendapat: "Senantiasa ia (istri Abu Lahab) datang dengan membawa duri lalu ia letakkan di jalan yang dilalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, agar duri tersebut menusuk kaki beliau jika beliau ingin pergi menuju shalat." 

Beliau juga berkata: "Dan sebagian lainnya berpendapat bahwa ia dinamakan demikian karena ia senantiasa membakar perkataan yaitu dengan selalu mengadu domba dan menghina Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan kefaqiran." Lalu beliau berkata: "Dan pendapat yang paling utama dan benar dari dua pendapat ini adalah yang mengatakan ia (istri Abu Lahab) senantiasa datang dengan membawa duri lalu ia letakkan di jalan yang dilalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena yang demikian ini lebih tepat secara makna." Lihat Kitab Jami'ul Bayan 'an Ta'wil Ayil Quran karya Imam Ath Thabariy. 

3. Wanita yang kufur terhadap suami dan melaknatnya (mencacinya) 

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Diperlihatkan kepadaku neraka ternyata penduduknya yang paling banyak adalah wanita, mereka kufur", lalu ada yang bertanya: "Apakah mereka kufur terhadap Allah?", dijawab oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: "Mereka kufur terhadap suami dan kufur terhadap kebaikan (para suami), jikalau berbuat baik kepada salah seorang diantara mereka selama satu tahun kemudian ia melihat sesuatu (keburukan) dari anda maka ia akan berkata: "Aku tidak pernah melihat suatu kebaikan pun dari kamu". Hadits riwayat Bukhari. 

Berkata Ibnu Rajab rahimahullah: "Imam Bukhari berkata: "(Maksud kekufuran adalah) kekufuran di bawah kekufuran, dan kekufuran kadangkadang jika dikatakan maka maksudnya adalah kekufuran yang tidak mengeluarkan ia dari agama, seperti kekufuran terhadap suami dan lainnya. Sedangkan jika disebutkan kekufuran dibatasi dengan sesuatu maka tidak ada permasalahan di dalam hal tersebut sebagaimana firman Allah Ta’ala: 

Dan sesungguhnya yang menjadi maksud adalah bahwasanya kadangkadang ada lafadz kufur lalu ditafsirkan dengan suatu kekufuran yang tidak mengeluarkan seseorang dari agama, 

Dan hal ini sebagaimana perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘ahuma ketika mentafsiri firman Allah Ta’ala: 

Beliau berkata: "Bukan kekufuran yang kalian maksudkan, tetapi maksudnya adalah bukan bentuk kekufuran yang mengeluarkan dari agama, kufur di bawah kekufuran. 

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan beliau berkata: "Sanadnya shahih." Fathul Bari karya Ibnu Rajab. Ibnu Hajar rahimahullah berkata: "Sabda beliau:

"Dan mereka kufur terhadap kebaikan (suami)". 

Seakan-akan lafadz ini penjelasan untuk lafadz "Mereka kufur terhadap suami", karena maksudnya adalah kufur terhadap ihsan (kebaikan) suami bukan kufur terhadap dzatnya seorang suami." Lalu beliau berkata lagi: "Dan yang dimaksudkan dengan kufur ihsan adalah menutupnya atau menolaknya dan yang menunjukkan akan hal ini adalah lafadz yang ada di akhir hadits." Lihat kitab Fathul Bari juz 4/hal 5 Imam Nawawi rahimahullah berkata: "Di dalam hadits ini, bahwa kufur terhadap suami dan ihsannya termasuk dari dosa-dosa besar karena pengancaman dengan api neraka termasuk tanda bahwasanya maksiat itu dosa besar. 

Beliau rahimahullah juga berkata: "Dan di dalam hadits ini menunjukkan bahwa melaknat termasuk dari maksiat-maksiat yang sangat berat, buruk dan tidak ada di dalam hadits ini penunjukkan bahwasanya ia adalah dosa besar karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Mereka (para istri) memperbanyak laknat", dan dosa kecil jika dikerjakan dalam jumlah yang banyak, maka ia akan menjadi besar dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Melaknat seorang mukmin seperti membunuhnya." Lihat Kitab Al Minhaj, karya An Nawawi, juz 1/hal 176.

4. Wanita-wanita Kasiat tapi 'Ariyat

"Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bersabda: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Dua golongan merupakan penghuni neraka, aku tidak pernah melihat mereka berdua; yang pertama, suatu kaum yang mempunyai cambuk seperti ekor-ekor sapi, mereka memukulkan dengannya dan yang kedua, wanita-wanita kasiyat tetapi 'ariyat, mumilat dan ma-'ilat, kepala mereka seperti punuk onta yang melenggak lenggok, mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya dan sungguh baunya bisa tercium dalam perjalanan sepanjang ini dan ini". Hadits riwayat Muslim. 

An Nawawi rahimahullah berkata: "Hadits ini adalah termasuk dari mu'jizat kenabian, sungguh telah terjadi dua kelompok ini dan mereka benar-benar ada. Dan di dalam hadits ini ada penunjukan akan tercelanya dua golongan ini. Dan dikatakan bahwa maksud dari kasiyat adalah berpakaian dengan nikmat dari nikmat Allah dan 'ariyat yaitu wanita tidak bersyukur akan nikmat-nikmat tersebut, dikatakan juga maksud dari kasiyat adalah wanita-wanita yang menutup sebagian badannya dan membiarkan sebagian yang lain terbuka dan terlihat keadaanya dan dikatakan (pendapat ketiga) bahwa maksud dari kasiyat 'ariyat adalah wanita-wanita yang memakai pakaian tipis yang memperlihatkan warna kulitnya." Lihat kitab Al-Minhaj Syarah shahih Muslim, karya An Nawawi, 7/ 244. 

An Nawawi rahimahullah juga pernah berkata: "Sedangkan lafadz kasiyat 'ariyat ada beberapa tafsiran: 
  1. Yang pertama, kasiyat adalah wanitawanita yang berpakaian dari nikmat Allah dan 'ariyat adalah wanita-wanita yang tidak bersyukur akan nikmat tersebut. 
  2. Yang kedua, kasiyat adalah wanitawanita yang memakai pakaian dan 'ariyat adalah wanita-wanita yang lepas dari amalan-amalan baik dan tidak memperhatikan akan kehidupan akhirat dan tidak mengutamakan keta'atan. 
  3. Yang ketiga, kasiyat adalah wanitawanita yang membuka sebagian dari badannya untuk menunjukkan kecantikannya maka mereka itu adalah kasiyat 'ariyat (wanita memakai pakaian tetapi telanjang). 
  4. Yang keempat, kasiyat adalah wanitawanita yang memakai pakaian yang tipis yang memperlihatkan apa yang dibelakang kulit tersebut." Lihat kitab Al-Minhaj Syarah shahih Muslim, juz 9/hal 240. 

Dan mungkin bisa ditambahkan, maksud dari kasiyat 'ariyat adalah wanita-wanita yang memakai pakaian ketat sehingga membentuk tubuhnya. Wallahu 'alam. Dari uraian di atas, kiranya bisa kita simpulkan maksud dari lafadz kasiyat 'ariyat: 
  1. Wanita-wanita yang dapat nikmat tapi tidak bersyukur. 
  2. Wanita-wanita yang sebagian badan mereka tertutup dan sebagian lain dibiarkan terbuka agar terlihat cantik. 
  3. Wanita-wanita yang memakai pakaian tipis sehingga terlihat warna kulitnya dan apa yang dibelakang yang tipis tersebut. 
  4. Wanita-wanita yang sibuk dengan dunianya (diantara pakaiannya) tetapi melupakan akan amalan dan kehidupan akhirat. 
  5. Dan yang terakhir, wanita-wanita yang memakai pakaian ketat sehingga bentuk tubuhnya kelihatan. Wallahu 'alam. 

Dan An Nawawi rahimahullah berkata: "Maksud dari lafadz ma-'ilat, dikatakan maknanya adalah wanitawanita yang melenceng dari keta'atan kepada Allah dan segala hal yang wajib mereka jaga." Dan maksud dari lafadz mumilat: "Yaitu wanita-wanita yang mengajarkan kepada wanita lain pekerjaan mereka yang tercela, dan dikatakan pula ma-'ilat adalah wanitawanita yang berjalan dengan sombong, ma-'ilat yang melenggokkan dengan bahunya. 

Dan dikatakan pula ma-'ilat adalah wanita-wanita yang menyisir rambutnya dengan sisiran yang meliuk-liuk seperti sisirannya para ahli zina dan mumilat adalah wanita-wanita yang menyisirkan wanita lain dengan sisiran tersebut. Lihat kitab Al-Minhaj Syarah shahih Muslim, karya An Nawawi, 7/244. Sedangkan arti lafadz "Kepala mereka laksana punuk onta" adalah: Berkata An Nawawi rahimahullah : "Membesarkan kepala mereka dengan kain penutup dan selendang dan selainnya yang bisa dilipat di atas kepala sehingga seperti punuk onta yang indah, inilah tafsirannya yang paling masyhur. 

Berkata Al Maziri rahimahullah: "Dan bisa saja maknanya memandang kepada laki-laki dan tidak menundukkan pandangannya", Dan Al Qadhi rahimahullah memilih bahwa maknanya adalah wanitawanita yang menyisir dengan sisiran yang melencengkan, beliau berkata: "Maksudnya adalah mengepang rambut dan mengikatnya ke atas (dari bagian kepala) dan mengumpulkannya dibagian tengah kepala maka jadilah ia serupa dengan punuk onta, dan hal ini menunjukkan bahwa maksud keserupaan dengan punuk onta yaitu karena kepangan rambut di atas kepalanya dan terkumpulnya rambutnya disana dan mereka memperbanyak untuk mengumpulkan kepangan rambutnya sehingga kepangan tadi miring ke sebelah bagian dari bagian kepala sebagaimana miringnya punuk onta". 

Berkata Ibnu Duraid: "Dikatakan onta yang maila- adalah jika punuknya miring ke salah satu bagian badannya, wallahu a'lam." Lihat Kitab Al-Minhaj syarah shahih Muslim. Sedangkan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: "Mereka tidak akan masuk surga" ditafsirkan dengan dua tafsiran yang telah lalu, salah satunya: karena wanita ini telah menghalalkan sesuatu yang haram. Sedangkan ia mengetahui akan keharamannya maka dengan begitu ia menjadi seorang wanita yang kafir dan kekal di neraka, tidak akan masuk selamanya ke dalam surga. Dan pendapat yang kedua: bahwa ia tidak akan masuk pertama kali ke dalam surga bersama orangorang yang menang. Wallahu a'lam." Lihat Kitab Al-Minhaj Syarah shahih Muslim, karya An Nawawi.

5. Wanita yang terlalu meratapi akan kematian dengan menangis meraungraung dan tidak bertaubat sebelum meninggalnya.


"Dari Abu Malik Al-Asy'ary radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Empat perkara di dalam umatku tergolong dari perkara jahiliyah, mereka tidak meninggalkannya; bersombong dengan pangkat, dan mencela akan keturunan dan meminta hujan dengan bintang-bintang dan an niyahah (meratapi musibah dengan cara menangis sejadi-jadinya)", dan berkata: "Dan wanita yang keterlaluan menangisi kematian jika tidak bertaubat sebelum meningglanya maka akan diberdirikan pada hari kiamat dengan dipakaikan pakaian dari arang panas dan baju dari besi yang berkarat (yang menimbulkan penyakit kudis)." Hadits riwayat Muslim dan Ibnu Majah serta Ahmad. 

An Nawawi rahimahullah berkata: "Di dalam hadits ini pengharaman an niyahah dan keharaman akan hal ini disepakati dan di dalam hadits ini juga menunjukkan sahnya taubat sebelum seorang mukallaf itu meninggal dan nafasnya belum sampai tenggorokan. Lihat Kitab Al-Minhaj syarah Shahih Muslim, karya An Nawawi, 3/347. Abu Sa'id Al Khudry radhiyallahu ‘anhu berkata: "Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam melaknat wanita yang meratap (an na-'ihah) dan al mustami'ah." Hadits riwayat Abu Daud ini dilemahkan oleh Al-Albani di dalam kitab Dha'iful Jami', no. 4690. 

6. Seorang wanita yang menyakiti tetangganya.

"Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: "Berkata seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya si fulanah (seorang wanita) terkenal dengan banyak shalat, puasa dan shadaqahnya akan tetapi ia menyakiti tetangga-tetangganya dengan lisannya?", beliau menjawab: "Dia di dalam neraka", laki-laki tadi bertanya lagi: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya si fulanah dikenal sedikit puasanya dan shadaqahnya serta shalatnya dan ia bershadaqah dengan sepotong susu yang sudah dibekukan dan ia tidak menyakiti tetangga-tetangganya dengan lisannya?", Nabipun menjawab: "Ia di dalam surga" Hadits riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam kitab Shahihut Targhib Wat Tarhib, no. 2560. 

Dan kalau kita telaah kembali hadits-hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kita akan dapatkan bahwasanya ajaran Islam sangat menjaga sekali akan hakhak tetangga dan memerintahkan kepada penganutnya untuk berbuat baik terhadap tetangga walau tetangga tersebut adalah seorang yang kafir. Mari kita perhatikan para ulama tafsir ketika mereka menafsirkan akan ayat yang mulia ini, Allah Ta’ala berfirman: 

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri". QS. An Nisa: 36. 

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: "Diantara anda dan dia ada hubungan darah kekeluargaan dan orang yang diantara anda dan dia tidak ada hubungan keluarga. Abu Ishaq berkata dari Nauf Al-Bikaly di dalam firman-Nya: َّTetangga muslim dan maksud dari َّTetangga dari orang Yahudi dan Nashrani. Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu berkata: "teman di dalam perjalanan. Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir, 2/298. Saudaraku yang dicintai oleh Allah Ta’ala… Di bawah ini kami akan sebutkan beberapa hadits yang berkenaan dengan tetangga dan akan kita lihat bagaimana Islam sebagai suatu ajaran yang telah diridhai oleh Allah Ta’ala sangat memperhatikan untuk berakhlaq baik kepada seorang tetangga, dan ini adalah salah satu kemuliaan ajaran Islam.  َ

"Abu Syuraih Al-Khuza'i meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya". 
Hadits riwayat Muslim.  َ
"Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Masih saja Jibril memberiku wasiat (untuk berbuat baik) kepada tetangga sampai-sampai aku mengira ia akan mewarisinya". 
Muttafaqun 'alaihi.
"Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Berapa banyak orang yang tergantung kepada tetangganya pada hari kiamat, ia berkata: "Wahai Rabbku, tetanggaku ini menutup pintunya dariku dan tidak mau menolongku". 

Hadits riwayat Bukhari di dalam Kitab Adabul Mufrad, dan Al-Albani berkata: Hadits ini hasan lighairihi.


"Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan masuk surga yang tidak menahan keburukankeburukannya terhadap tetangganya". 
Muttafaqun 'alaihi  َ
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: "Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, aku mempunyai dua tetangga, kepada siapakah diantara mereka berdua aku memberikan hadiah?", beliau bersabda: "Kepada yang paling dekat dengan engkau rumahnya". 
Hadits riwayat Bukhari dan Ahmad.
 "Dari Al Hasan, bahwasanya beliau ditanya tentang tetangga (sampai berapa jaraknya)?", kemudian beliau menjawab: "Empat puluh rumah di depannya, empat puluh rumah di belakangnya dan empat puluh rumah di samping kanannya, dan empat puluh rumah di samping kirinya." 
Hadits riwayat Imam Bukhari di dalam Kitab Adabul Mufrad dan dishahihkan oleh Imam Al-Albani. "Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: "Seseorang berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai tetangga yang menyakitiku", lalu beliau menjawab: "Pulanglah dan keluarkan barangbarangmu ke jalanan", maka iapun pulang dan mengeluarkan barangbarangnya lalu akhirnya orangorangpun berkumpul dan bertanya: "Ada apa dengan anda?", lalu ia menjawab: "Aku mempunyai tetangga yang menyakitiku, lalu aku ceritakan hal ini kepada Rasulullah dan beliau berkata: "Pulanglah dan keluarkan barang-barangmu ke jalanan", maka orang-orangpun berkata: "Ya Allah, laknatlah ia, hinakanlah ia". Maka hal tersebut sampai kepada tetangga tadi, lalu ia mendatangi tetangganya (yang tersakiti) dan berkata: "Pulanglah ke rumahmu, demi Allah! Aku tidak akan menyakitimu selamanya." 
Hadits riwayat Imam Bukhari di dalam Kitab Adabul Mufrad, Imam Hakim, Imam AlBaihaqy dan Imam Al-Albani berkata: Hasan shahih.
"Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: "Tidaklah seorang tetangga yang mendzalimi dan menyakiti tetangganya sehingga hal demikian menjadikannya keluar dari rumahnya kecuali ia akan binasa." 

Hadits riwayat Bukhari di dalam kitab Adabul Mufrad dan dishahihkan oleh Imam Al-Albani.
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman". Para shahabat bertanya: "Apa penyebab hal demikian itu wahai Rasulullah?!", beliau menjawab: "Tetangga yang tidak menahan bawa-'iqahu", mereka bertanya: "Apa yang dimaskud dengan bawa-'iqahu ?" beliau menjawab: "Keburukan-keburukannya (terhadap tetangganya)". 
Hadits riwayat Ahmad dan Al Hakim dan dishahihkan oleh Imam Al-Albani di dalam Kitab Shahihul Jami'.
"Dari Ibnu Zubair radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: "Aku telah mendengar dari Rasulullah shallallahu ‘a laihi wasallam bersabda: "Bukanlah seorang mukmin yang kenyang sedangkan tetangganya lapar". 

Hadits riwayat Bukhari di dalam Kitab Adabul Mufrad dan dishahihkan oleh Al-Albani.  َ
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah menyakiti tetanggagnya". 
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada engkau dari tetangga yang buruk di kampung tempat tinggal karena sesungguhnya tetangga dunia itu akan berganti". 
Hadits riwayat Bukhari di dalam Kitab Adabul Mufrad dan dihasankan oleh Imam Al-Albani.
"Dari Abu Musa radhiyallahu ‘a nhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah dibangkitkan kiamat sampai seseorang membunuh tetangganya dan saudaranya serta bapaknya". 
Hadits riwayat Bukhari di dalam Kitab Adabul Mufrad dan dihasankan oleh Al-Albani.
"Dari Al Miqdad bin Al Aswad radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bertanya kepada para shahabatnya: "Apa pendapat kalian tentang zina?", mereka menjawab: "Telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya maka berarti ia adalah haram sampai hari kiamat", lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Sungguh seseorang lakilaki berzina dengan sepuluh wanita lebih ringan baginya daripada ia berzina dengan wanita (istri) tetangganya". beliau berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada para shahabatnya: "Apa pendapat kalian tentang mencuri?", mereka menjawab: "Telah diharamkan oleh Allah dan rasul-Nya maka berarti ia adalah haram", lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Sungguh seseorang mencuri dari sepuluh rumah lebih ringan baginya daripada ia mencuri dari tetangganya". 
Hadits riwayat Ahmad dan Bukhari di dalam Kitab Adabul Mufrad dan dishahihkan oleh AlAlbani. َ "Dari 'Amr bin Mu'adz Al Asyhaliy dari neneknya, beliau berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Wahai wanitawanita yang beriman janganlah sekali-kali kalian menghina tetangganya meskipun dengan kaki kambing bakar". Hadits riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh AlAlbani. Arti dari lafadz: "Meskipun dengan kaki kambing bakar" ada dua makna:
1. Barangsiapa yang mempunyai kelebihan (rizqi) maka jangan meremehkan diri sendiri dengan tidak memberikan hadiah kepada tetangganya meskipun hal itu sesuatu yang rendah.
2. Barangsiapa yang mendapatkan hadiah maka jangan menghina hadiah tersebut meskipun sesuatu yang remeh. 
Lihat kitab Al Muntaqa Syarah Al Muwaththa
"Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Wahai Abu Dzar! Jika kamu masak maka perbanyaklah kuahnya dan hadiahkanlah kepada tetanggamu". Diriwayatkan oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani. 

Demikianlah, Islam sebagai agama yang Syumuliyyah (universal), Abadiyyah (kekal) dan Kamaliyyah (sempurna) telah benar-benar menunjukkan kepada penganutnya akhlaq-akhlaq dan budi pekerti yang sangat mulia. Dan hal demikian itu wajar ada di dalam agama Islam karena ia adalah agama yang diridhai oleh Allah Ta’ala, Sang Khaliq dan al Hakim, dan bagaimana mungkin agama yang Ia telah sempurnakan terdapat di dalamnya sesuatu kekurangan. Subhanallahi 'amma yashifun… 

Sumber Ahmad Zainuddin

Jumlah 0 komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Selalu Mengikuti Peraturan. Kunjungi http://bit.ly/KomentarWU untuk mengetahui Kebijakan Komentar WowUniknya.net

Artikel Berikutya Next Post
Artikel Sebelumnya Previous Post

Baca Juga