Biasanya di Indonesia sangat mengingikan toilet di setiap rumah. Atau jika kita diperjalanan tersedia toilet umum di beberapa tempat, tapi tidak gratis. Biasanya toilet umum mempunyai tarif, tergantung kita ingin Buang Air Kecil, Buang Air Besar, ataupun Mandi. Meski rasanya aneh karena buang kotoran saja bayar, toilet umum tetap dicari-cari banyak orang. Mengantre panjang rela dilakukan, daripada harus menahan hajat sepanjang jalan. Kondisi di India sepertinya jauh berbeda. Bukannya harus keluar uang saat ke toilet umum, penduduknya malah dibayar kalau mau menggunakan toilet. Wah, kok enak ya? Ternyata ada alasannya yang lumayan merisaukan.
Meski terdengar seperti nasihat ibu waktu masa kanak-kanak, buang air besar sembarangan di India jadi masalah serius yang merisaukan negara
![]() |
Masyarakat di India |
Menurut data United Nations for Children’s Fund (UNICEF), ternyata hampir separuh dari populasi India masih melakukan BAB di ruang terbuka, seperti di semak-semak, sungai, dan hutan. Akibatnya, bakteri-bakteri menyebar dengan cepat di negara ini. India merupakan negara dengan tingkat kematian anak-anak di bawah lima tahun karena diare. sehingga membuat India menjadi negara yang punya tingkat kematian tertinggi pada anak-anak dibawah lima tahun dengan sebab diare. Penyebab yang sama ditambah infeksi cacingan membuat anak-anak sekolah rentan sakit dan nggak bisa konsentrasi belajar. Sementara untuk perempuan, buang air di tempat terbuka ini berpotensi pada serangan fisik seperti gigitan hewan ataupun pelecehan seksual.
Persoalan utamanya bukan fasilitas toilet yang tak ada. Tapi orang-orang memang tak mau menggunakannya
![]() |
Masyarakat di India |
Saking meresahkannya persoalan buang air besar sembarangan (BABS) di India, Perdana Menteri Narendra Modi meluncurkan program nasional bertajuk Swachh Bharat pada tahun 2014 yang lalu. Modi juga menargetkan bahwa India akan bebas BABS pada tahun 2019 nanti. Untuk menekankan betapa pentingnya program pemberantasan BABS ini, Modi bahkan sampai seringkali mengucapkan slogan ‘bangun toilet dulu, baru nanti kuil’.
Namun setelah pemerintah memberi subsidi untuk membangun puluhan ribu toilet, nyatanya kebiasaan ini tak bisa banyak berubah. Menariknya di India, pembicaraan masalah sanitasi atau kebersihan diri memang masih dianggap tabu. Toilet dalam konteks tradisional, juga dianggap sebagai bagian yang terpisah dari rumah. Faktor-faktor kultural tersebut digabung dengan tingginya tingkat kemiskinan, menyebabkan rumah-rumah di daerah rural India masih seringkali dibangun tanpa toilet hingga sekarang. Maka dari itu, masalah BABS di India tidak akan selesai hanya dengan penyediaan infrastruktur saja tapi juga harus disertai perubahan nilai dalam masyarakat.
Fasilitas memadai tak dimanfaatkan, sosiasilasi pun tak mempan. Kini bujuk rayu dengan pembelian insentif mulai dilakukan
![]() |
Masyarakat di India |
Sebenarnya pemerintah India sudah tak kurang-kurang menyadarkan rakyatnya akan pentingnya pola hidup bersih dan sehat yang diawali dengan penggunaan toilet. Bahkan jauh di tahun 2005, pemerintah mengeluarkan kampanye ‘No toilet, no bride’, yaitu ajakan kepada perempuan untuk menolak lamaran jika si pria tak punya toilet di rumah. Tapi nyatanya, segala kampanye dan sosialiasi ini tak mempan. Di pedesaan, hidup sehat agaknya bukan topik yang umum dibicarakan.
Karena itulah, pemerintah India menempuh cara baru yaitu pemberian insentif. Kalau mau menggunakan toilet umum secara rutin, masing-masing keluarga akan dibayar $37,13 atau kurang lebih 450 ribu rupiah setiap bulannya. Tentu saja pemerintah akan mengecek setiap bulan apakah fasilitas toilet umum yang tersedia rutin digunakan atau tidak. Saat ini, kebijakan tersebut diterapkan di tiga provinsi: Rajasthan, Baytu dan Gida. Hasilnya, sekitar 15.000 keluarga di Gida dan Baytu kini mulai berpindah dan ikut berkampanye tentang pentingnya toilet.
Soal buang air di ruang terbuka, Indonesia juga mengalami masalah yang sama. Di pedesaan, BAB cukup nongkrong di atas sungai atau selokan
![]() |
Toilet |
Sebenarnya problem BAB sembarangan tak hanya terjadi di India. Sempat menempati posisi ke-2 pelaku buang air besar sembarangan di dunia, pada tahun 2016 kemarin posisi Indonesia membaik ke peringkat 4. Kalau kamu tinggal di pedesaan Indonesia, pemandangan orang nongkrong di pinggir kali untuk bab juga hal biasa. Meskipun saat ini umumnya setiap rumah sudah punya toilet, tapi di tahun 2014 tercatat sebanyak 55 juta orang Indonesia masih buang air di alam terbuka. Bahkan diantaranya, 18 jutanya merupakan penduduk kota. Sungai atau selokan adalah tempat paling umum yang dijadikan ‘toilet darurat’. Padahal di pedesaan, tak jarang sungai sumber air atau tempat aktivitas lainnya. Terbayang ‘kan gimana penyebaran kumannya?
BAB sembarangan berdampak pada sistem sanitasi. Berbagai penyakit siap mengancam bila kebiasaan ini terus dilakukan
![]() |
Masyarakat di India |
Diare adalah penyakit yang paling umum terjadi akibat buruknya sanitasi dan kebiasaan buang air sembarangan. Kotoran yang kita tinggalkan jelas tak berhenti di sana meski sudah dilakukan jauh-jauh dari rumah. Kumannya menyebar melalui udara, lalat-lalat nakal, dan air. Penyakit lain yang bisa muncul seperti kolera, disentri, hepatitis, dan pneumonia. Dan tentu saja yang terbanyak menjadi korban adalah anak-anak, yang daya tahan tubuhnya masih belum sempurna.
Baca Juga:
- Ahok Mengekspresikan Wajah Sedih Lalu Dipeluk Sang Kakak Angkat Seusai Sidang Perdana Ahok
- Saat Mencuci Wajah, Sebaiknya Menggunakan Air Hangat Atau Air Dingin?
- Ini Isi Surat Al-Maidah Ayat 51 Yang Dihina Ahok
- Ini Penyebab Mendadak Linglung dan Fikiran Berkabut
- Tafsir Surat Al-Fajr Tentang Kebakaran di Israel
(Ref: diahanggra, catatansandk.com, hipwee.com)
Jumlah 0 komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Selalu Mengikuti Peraturan. Kunjungi http://bit.ly/KomentarWU untuk mengetahui Kebijakan Komentar WowUniknya.net