16 Januari 2017

author photo
Sejatinya para pelajar di dunia ini menginginkan akses ke sekolah yang mereka tempuh seharusnya mudah dan sangat aman untuk dilalui. Namun tidak untuk beberapa pelajar yang ada di negara ini, mereka diharuskan untuk melewati rintangan yang sangat berbahaya hanya demi belajar untuk masa depannya.

Semangat anak-anak kecil ini sungguh luar biasa. Demi merengkuh ilmu, mereka mengambil risiko berbahaya ke sekolah. Menentang arus sungai, memanjat tebing, Bahkan ada yang lima jam berjalan kaki sampai sekolah.

Tangga darurat

Terlihat tangga darurat yang sangat curam dilintasi para pelajar di Cina
Dengan berhati.-hati, murid Desa Atule’er, Liangshan Yi , Sichuan, Cina memanjat kembali ke desa setelah lelah menuntut ilmu di sekolah. Mereka mencengkram tangga bambu/kayu dan tanaman rambat di tebing terjal agar tidak terjatuh. Penduduk desa menggunakan tangga yang sama untuk pergi ke pasar terdekat sekitar seminggu sekali, guna menjual paprika dan kenari atau membeli kebutuhan sehari-hari.

Dua jam perjalanan

Pelajar yang sedang memanjat
Murid dari Desa Atule’er terbiasa merambat sambil memanjat tebing saat pulang ke rumah selepas sekolah. Lebih dari 70 keluarga tinggal di desa Atule’er, yang berketinggian sekitar 800 meter di atas Sungai Meigu, Liangshan Yi, ini. Demi bisa bersekolah, belasan murid, yang berusia 6 sampai 15, disertai dengan 3 orang dewasa secara teratur menghabiskan 2 jam mendaki tebing.

Memanjat hampir 1 km

Rombongan pelajar yang memanjat 1 KM untuk bersekolah di Cina
Memanggul ransel, anak-anak sekolah ini mendaki tebing terjal sepanjang 800 meter di Zhaojue, daerah otonomi Liangshan Yi, Provinsi Sichuan, Cina. Mereka pulang sekolah dan dalam perjalanan ke rumah. Setelah nasib anak–anak ini mendapat perhatian masyarakat internasional, mereka dijanjikan akan mendapat tangga baja untuk menggantikan tangga bambu yang rapuh ini.

Lima jam ke sekolah

Para pelajar berjalan selama 5 jam untuk pergi ke sekolah
Menuju sekolah, murid-murid SD ini menyusuri kaki gunung di tebing gunung yang berbatasan dengan sungai Dadu di Desa Gulu, Wusihe, Hanyuan. Sekolah dasar yang dituju melekat ke tebing curam. Untuk sampai ke sekolah, siswa harus berjalan kaki di jalur-jalur curam selama lima jam. Bahaya mengintai, jika ada angin menerpa saat dalam perjalanan.

Bawa perlengkapan di tengah intaian bahaya

Bawa perlengkapan untuk ke sekolah
Siswa mengangkut barang mereka untuk kembali ke sekolah di jalur lembah pegunungan terjal di Desa Nongyong, Dahua Yao, Guangxi Zhuang, Cina. Rumah anak-anak tersebar di antara pegunungan & jauh dari sekolah. Sebagian besar dari mereka mendapat akomodasi di sekolah selama semester berlangsung. Namun, ketika musim panas, mereka harus melakukan perjalanan berbahaya ini, antara rumah dan sekolah.

Andalkan ban karet

Pelajar SD di FIlipina sedang menggunakan ban karet untuk ke sekolah
Para pelajar SD di provinsi Rizal, Filipina ini menggunakan ban karet sebagai sarana melayari sungai untuk pulang pergi sekolah. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 2 km. Jika arus sungai meluap, ancaman bahaya semakin besar. Di Filipina, akses terhadap pendidikan, terutama di daerah pedesaan, masih menjadi masalah, tetapi tingkat pendaftaran tetap relatif tinggi, yakni mencapai 85 persen.

Dengan rakit bambu darurat

Para Siswi sedang menyebrangi sungai untuk bersekolah
Siswa SD Filipina menyeberangi sungai dengan rakit bambu darurat di hari pertama tahun ajaran baru di sebuah desa terpencil di provinsi Rizal, timur Manila, Filipina. meskipun hanya 62 persen menyelesaikan sekolah tinggi. Di Filipina, meski minat mendaftar sekolah tergolong tinggi, hanya 62 % yang lulus pendidikan tinggi

Murid Indonesia juga pernah mengalami

Siswa SD yang menyebranng menggunakan jembatan yang tidak layak
Beberapa anak Indonesia di pelosokl juga pernah mengalami nasib serupa. Tampak anak-anak SD menyeberangi sungai menggunakan jembatan rusak parah di Lebak, Provinsi Banten. Sekian lamanya pemerintah meremehkan risiko bahaya bagi anak-anak yang setiap hari pergi ke sekolah. Mengerikan melihat anak-.anak kecil melalui bahaya di atas jembatan miring yang rusak itu.

Sebenarnya bukan jembatan

Para pelajar perempuan sedang melintasi jembatan yang bukan fungsinya
Siswi SMA pergi ke sekolah melalui jembatan gantung yang menghubungkan desa Suro dan desa Plempungan di Boyolali, Jawa Tengah. Rangkaian batang besi sepanjang 30 meter dan lebar 1,5 meter yang terletak 10 meter di atas sungai ini sebenarnya bukan jembatan, tetapi saluran irigasi yang mengalirkan air dari waduk Cengklik ke sawah sekitarnya.

Namun sekarang ini alhamdulillah untuk pelajar di Indonesia yang kesulitan untuk menyebrang ke sekolahnya telah dibuatkan jembatan. Namun masih banyak saudara kita di seluruh Indonesia maupun dunia yang sangat sulit untuk menempuh perjalanan menuju kesekolahnya, kita doakan saja mudah-mudahan secepatnya dapat dipermudah, Amin.

Baca Juga :
  1. Wanita Yang Mandiri Lebih Tertarik Pada Pria Mapan! Ini Alasannya!
  2. Bukan Sekedar Mitos Ternyata, Setan dan Jin Berkeliaran Pada Waktu Ini
  3. Jika Perempuan Meminta Maaf Duluan Ke Kekasihnya, Pertahankanlah!
  4. Bikin Merinding, Pria Ini Lakukan Terapi Bekam Selama Satu Bulan, Lihat Hal Yang Mengerikan Pada Tubuh Pria Ini
  5. Beginilah Wujud Hyperloop di Uni Emirat Arab

(Ref: sandk, catatansandk.com, dw.com, berbagai sumber)

Jumlah 0 komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Selalu Mengikuti Peraturan. Kunjungi http://bit.ly/KomentarWU untuk mengetahui Kebijakan Komentar WowUniknya.net

Artikel Berikutya Next Post
Artikel Sebelumnya Previous Post

Baca Juga