Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai keadaan suatu gizi manusia. Menurut Cipto Surono dalam Mabella 2000 : 10, mengatakan bahwa berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun. Berat badan diukur dengan alat ukur berat badan dengan suatu satuan kilogram.
Belum lama ini, ilmuwan dari Jepang menemukan cara instan itu, dengan minum air rebusan ubi! Protein sisa buangan dalam rebusan ubi itu berhasil menekan nafsu makan pada tikus. Para ahli dari Jepang itu percaya penemuan mereka ini dapat diterapkan pada manusia. Para periset Jepang itu memberi makan dua kelompok tikus dengan pola makan kaya lemak.
Ubi |
Satu kelompok diberi peptida ubi dengan kadar lebih tinggi. Peptida ini dihasilkan oleh protein pencernaan enzim dalam air selama proses perebusan. Setelah 28 hari hewan-hewan itu ditimbang. Massa lever dan jaringan lemak mereka pun diukur. Kadar Kolesterol dan trigliserida serta leptin pun dihitung.
Para ahli dari National Agriculture and Food Research Organization, Tsukuba juga mengukur adiponektin yang mengukur sindrom metabolik. Peneliti menemukan, tikus yang diberi peptida ubi secara bermakna berat badannya lebih rendah. Ditemukan pula tikus memiliki kadar Kolesterol, trigliserida, leptin dan adiponektin lebih rendah. Pemimpin penelitian, Dr Koji Ishiguro mengatakan,"Kita setiap saat membuang banyak air sisa rebusan ubi yang mengandung protein. Hipotesa kami, protein ini dapat memengaruhi berat badan, jaringan lemak dan faktor-faktor lain."
"Menemukan penggunaan alternatif protein ubi dalam bekas air rebusan bermanfaat baik bagi lingkungan dan industri serta berpotensi bagus untuk kesehatan," tambahnya. Ia menyimpulkan,"Kami terkejut bahwa peptida ubi bisa mengurangi kadar molekul lemak pada tikus. Tampaknya zat itu terlibat dalam pengontrolan molekul penekan nafsu makan." "Hasil penelitian ini sangat menjanjikan, karena memberikan pilihan menggunakan sisa limbah daripada membuangnya. Kami berharap peptida ubi ini berguna bagi bahan pangan fungsional di masa depan," tambahnya.
Belum diketahui berapa banyak tikus-tikus itu diberi peptida ubi selama penelitian 28 hari. Namun penemuan ini dipercaya dapat diterapkan pada manusia berhubung tikus dan manusia secara biologis sama. Tetapi peneliti menegaskan dibutuhkan riset lebih jauh untuk menelusuri lebih jauh hasil penelitian ini.
Baca Juga:
- Mendadak Viral "Payung Jokowi" Menjadi Sorotan Para Pengguna Sosial Media
- 6 Tanda Bahwa Orang di Sekelilingmu Psikopat!
- Inilah Manfaat Green Coffee Untuk Kamu Yang Diet!
- Misteri Kabut Pembunuh Lebih Dari 12.000 Orang di Kota London
- Hati-Hati, Ini 5 Tanda Prangkeasmu Bermasalah
(Ref: diahanggra, catatansandk.com, style.tribunnews.com)
Jumlah 0 komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Selalu Mengikuti Peraturan. Kunjungi http://bit.ly/KomentarWU untuk mengetahui Kebijakan Komentar WowUniknya.net